NARKOBA
A. Pengertian Narkoba
Istilah “narkoba” adalah kependekan dari “narkotik” dan obat-obatan berbahaya. Namun sekarang narkoba umumnya diartikan untuk meliputi narkotik, psikotropika dan alkohol. Pihak pemerintah cenderung lebih senang dengan istilah NAPZA. Menurut Muzayyanah (2008) adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan zat aditif lainnya yang memberikan rasa ketergantungan terhadap pemakaina. Ketiga golongan tersebut dapat mempengaruhi cara kerja pikiran, perasaan, dan kehendak manusia. Pemakai narkoba secara fisik mereka sehat namun ada gangguan secara mental atau kejiwaan.
Berdasarkan cara kerjanya dibagi dalam tiga jenis :
1. Depressant
Menekan kerja otak. Termasuk di dalamnya pil penenang, alkohol, inhalen, heroin, minyak heroin, morfin. Pemakaian dalam jangka lama memberikan efek kekurangan daya ingat, gangguan pancreas, cirrhosis (pengerasan) pada liver, darah tinggi, melemahna daya kerja jantung, kerusakan janin, kerusakan paru-paru, kerusakan sel sperma, impotensia, kerusakan otak. Yang paling menonjol karena pemakaian ini mata menjadi sayu, mudah mengantuk, pucat, cadel. gatal hidung, pendiam, mata berair, badan kurus, mual-mual, pemarah, tempramental, pandai berbohong, vertigo, kelumpuhan, bahkan kematian.
2. Stimulant
Merangsang kerja otak. Termasuk didalamnya :ekstasi, kokain, shabu. Nama aslinya methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap masakan. Dampak dalam pemakainya adalah serangan jantung, stroke, gangguan pusat pernafasan, depresi, paranoid, gangguan organ pernafasan, kegelisahan, imsomnia, kehilangan gairah seksual, berat badan turun drastis. Sebagaimanapun keinginan bagi pemakai biasanya jenis ini memberikan efek menjadi bersemangat, paranoid, gelisah, tak bisa diam, tidak nafsu makan, gangguan pola tidur, sulit berfikir dan berkonsentrasi, sehingga kesehatan secara umum terganggu. Penggunaan jangka panjang memberikan efek kerusakan organ tubuh berupa : kerusakan syaraf otak, gangguan liver, tulang dan gigi keropos, paranoid dan kerusakan syaraf mata.
3. Halusinogen
Jenis ini memberikan efek otak berhalusinasi. Termasuk didalamnya : ganja, hasish (ganja cair), LSD, magic mushroom. Penggunaan jenis ini berefek lemas dan ingin tidur terus, gelisah, perasaan gembira dan selalu tertawa untuk hal yang tidak lucu, nafsu makan bertambah, disorientasi ruang, penggunaan jangka panjang gangguan memori otak (pelupa), sulit berfikir dan konsentrasi, suka bengong. Penggunaan jenis ini berdampak kerusakan pada organ tubuh berupa hilang daya ingat, konsentrasi, kemampuan belajar, menurunnya gairah seksual, gangguan siklus haid, meningkatkan resiko kanker, munculnya gangguan jiwa yang menetap.
B. Jenis-Jenis Narkoba
Berikut ini adalah jenis narkoba yang cukup populer:
1. Opium
Opium adalah getah berwarna putih seperti susu yang keluar dari kotak biji tanaman papaver samni vervum yang belum masak. Jika buah candu yang bulat telur itu kena torehan, getah tersebut jika ditampung dan kemudian dijemur akan menjadi opium mentah. Cara modern untuk memprosesnya sekarang adalah dengan jalan mengolah jeraminya seeara besar-besaran, kemudian dari jerami candu yang matang setelah diproses akan menghasilkan alkolida dalam bentuk cairan, padat dan bubuk.
Ciri-ciri tanaman papaver semniverum adalah sebagai berikut; tingginya 70-110 cm, daunnya hijau lebar berkeluk-keluk. Panjangnya 10-25 cm, tangkainya besar berdiri menjulang ke atas keluar dari rumpun pohonnya, berbunga (merah, putih, ungu) dan buahnya berbentuk bulat telur. Dari buahnya itu diperoleh getah yang berwarna putih kemudian membeku, getah yang tadinya berwarna putih setelah mengering berganti warnanya menjadi hitam cokelat, getah itu dikumpulkan lalu diolah menjadi candu mentah atau candu kasar.
Dalam perkembangan selanjutnya opium dibagi kepada :
1. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari dua tanaman papaver somni verum yang hanya mengalami pengolahan sekadar untuk pembungkusan dari pengangkutan tanpa memerhatikan kadar morfinnya.
2. Opium masak adalah:
Candu, yakni yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian, atau tanpa penambahan bahanbahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. Jicing, yakni sisa-sisa dari candu yang telah diisap, tanpa memerhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain Jicingko, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
3. Opium Obat adalah opium mentah yang tidak mengalami pengolahan sehingga sesuai untuk pengobatan baik dalam bubuk atau dicampur dengan zat-zat netral sesuai dengan syarat farmakologi.
2.Morphin
Perkataan "morphin" itu berasal dari bahasa Yunani "Morpheus" yang artinya dewa mimpi yang dipuja-puja. Nama ini cocok dengan pecandu morphin, karena merasa play di awang-awang.Morpin adalah prototipe analgetik yang kuat, tidak berbau, rasanya pahit, berbentuk kristal putih, dan warnanya makin lama berubah menjadi kecokelat-cokelatan.
Ada tiga macam morpin yang beredar di masyarakat, yaitu:
1) Cairan yang berwarna putih, yang disimpan di dalam sampul atau botol kecil dan pemakaiannya dengan cara injeksi;
2) Bubuk atau serbuk berwarna putih seperti bubuk kapur atau tepung dan mudah larut di dalam air, ia cepat sekali lenyap tanpa bekas. Pemakaiannya adalah dengan cara menginjeksi, merokok dan kadang-kadang dengan menyilet tubuh;
3) Tablet kecil berwarna putih, pemakaiannya dengan menelan.
3.Ganja
Tanaman ganja adalah damar yang diambil dari semua tanaman genus cannabis, termasuk biji dan buahnya. Damar ganja adalah damar yang diambil dari tanaman ganja, termasuk hasil pengolahannya yang menggunakan damar sebagai bahan dasar.
Ganja atau marihuana (marijuana) atau cannabis indica. Ganja bagi para pengedar maupun pecandu diistilahkan dengan cimeng, gele, daun, rumput jayus, jum, barang, marijuana, gelek hijau, bang, bunga, ikat dan labang. Di India, ganja dikenal dengan sebutan Indian Hemp, karena ia merupakan sumber kegembiraan dan dapat memancing atau merangsang selera tertawa yang berlebihan.
4.Cocaine
Tanaman koka adalah tanaman dari semua genus erithroxylon dari keluarga erythroxlaceae. Daun koka adalah daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus erithroxylon dari keluarga erythroxlaceae, yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia. Kokaina mentah adalah semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokain.
Tanaman koka tumbuh dan subur di daerah yang berketinggian 400-600 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia tanaman koka ini banyak terdapat di daerah Jawa Timur. Sedangkan penghasil koka terbesar ialah bagian negara Amerika Selatan, yaitu Bolivia dan Peru yang tumbuh di lereng gunung Ades. Daerah ini menghasilkan produksinya rata-rata 25 juta ton per tahun. Bahkan sudah berabad-abad lamanya orang Indian mengunyah daun koka dalam upacara kepercayaan mereka, hal ini dilakukan agar dapat berkomunikasi dengan Dewa mereka.
Bentuk dan macam cocaine yang terdapat di dunia perdagangan gelap di antaranya yaitu:
1) Cairan berwarna putih atau tanpa warna;
2) Kristal berwarna putih seperti damar (getah perca);
3) Bubuk berwarna putih seperti tepung;
4) Tablet berwarna putih
5.Heroin
Setelah ditemukan zat kimia morphine pada tahun 1806 oleh Fredich Sertumer kemudian pada tahun 1898, Dr. Dresser, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, telah menemukan zat heroin.
Semula zat baru ini (heroin) diduga dapat menggantikan morphine dalam dunia kedokteran dan bermanfaat untuk mengobati para morpinis. Akan tetapi, harapan tersebut tidak berlangsung lama, karena terbukti adanya kecanduan yang berleblhan bahkan leblh cepat daripada morphine serta lebih susah disembuhkan bagi para pecandunya.
Heroin atau diacethyl morpin adahh suatu zat semi sintesis turunan morpin. Proses pembuatan heroin adalah melalui proses penyulingan dan proses kimia lainnya di laboratorium dengan cara acethalasi dengan aceticanydrida. Bahan bakunya adalah morpin, asam cuka, anhidraid atau asetilklorid.
Heroin dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1 Heroin nomor satu, bentuknya masih merupakan bubuk atau gumpalan yang berwarna kuning tua sampai cokelat. ]enis ini sebagian besar masih berisi morphine dan merupakan hasil ekstraksi. Nama di pasaran gelapnya disebut gula merah (red sugar).
2 Heroin nomor dua, sudah merupakan bubuk berwarna abuabu sampai putih dan masih merupakan bentuk transisi dari morphine ke heroin yang belum murni.
3 Heroin nomor tiga, merupakan bubuk butir-butir kecil kebanyakan agak berwarna abu-abu juga diberi warna lain untuk menandai ciri khas oleh pembuatnya. Biasanya masih dicampur kafein, barbital, dan kinin.
4 Heroin nomor empat, bentuknya sudah merupakan kristal khusus untuk disuntikkan.
Si pemakai biasanya menggunakannya dengan menyedot, dan yang lebih praktis diinjeksikan
6.Shabu-Shabu
Shabu-Shabu berbentuk seperti bumbu masak, yakni kristal kecil-kecil berwarna putih, tidak berbau, serta mudah larut dalam air alkohol. Air shabu-shabu juga termasuk turunan amphetamine yang jika dikonsumsi memiliki pengaruh yang kuat terhadap fungsi otak. Pemakainya segera akan aktif, banyak ide, tidak merasa lelah meski sudah bekerja lama, tidak merasa lapar, dan tiba-tiba memiliki rasa percaya diri yang besar.
7.Ekstasi
Ekstasi adalah zat atau bahan yang tidak termasuk kategori narkotika atau alkohol. Ekstasi merupakan jenis zat adiktif.
Zat adiktif yang dikandung ekstasi adalah amphetamine (MDMA), suatu zat yang tergolong simultansia (perangsang). Dalam Undang-Undang No.5/1997 tentang Psikotropika, amphetamine ini termasuk golongan 1. Hal ini menunjukkan bahwa bila terjadi penyalahgunaan ekstasi, berarti akan dikenai sanksi hukum pidana yang berat.
Saat ini sudah diketahui sekitar 36 jenis ekstasi (tergolong jenis adiktif) yang sudah beredar di Indonesia dari ratusan jenis ekstasi yang sudah ada, di antaranya sebagai berikut: Star: mempunyai logo bintang, Dollar: mempunyai logo uang dolar Amerika, Apple: mempunyai logo ape!, Mellon/555: mempunyai logo 555 berwarna hijau, Pink: berwarna merah hijau, Butterfly: mempunyai logo kupu-kupu dan berwarna biru, Pinguin, Lumbalumba, RN: mempunyai logo RN berwarna hijau laut, Elektrik, Apache, Bon ]ovi, Kangguru, Petir, Tanggo, Diamond: berwarna intan warna hijau, Paman Gober: logo mirip paman gober, Taichi: berwarna biru atau kuning, Black Heart: berbentuk hati berwarna hitam.
8.Putaw
Jenis narkotika ini marak diperedarkan dan dikonsumsi oleh generasi muda dewasa ini, khususnya sebagai "trend anak modern", agar dianggap tidak ketinggalan zaman. Istilah putaw sebenarnya merupakan minuman khas Cina yang mengandung alkohol dan rasanya seperti green sand, akan tetapi oleh para pecandu narkotika, barang sejenis heroin yang masih serumpun dengan ganja itu dijuluki putaw. Hanya saja kadar narkotika yang dikandung putaw lebih rendah atau dapat disebut heroine kualitas empat sampai enam.
Para Junkies (istilah bagi para pecandu putaw), mereka biasanya dengan cara mengejar dragon (naga) , yaitu bubuk/kristal putaw dipanaskan di atas kertas timah, lalu keluarlah yang menyerupai dragon (naga), dan kemudian asap itu dihisapnya melalui hidung atau mulut. Cara lain adalah dengan nyipet, yaitu cara menyuntikkan putaw yang dilarutkan ke dalam air hangat ke pembuluh darah. Kemungkinan tertular virus HIV / AIDS menjadi risiko cara seperti ini, karena memakai jarum suntik secara bersamaan. Jadi, kebanyakan dari mereka Qungkies) memilih cara dengan mengejar dragon.
9.Alkohol
Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menyebabkan ketagihan dan ketergantungan. Karena zat adiktifnya tersebut maka orang yang meminumnya lama kelamaan tanpa disadari akan menambah takaran sampai pada dosis keracunan (intoksidasi) atau mabuk.
10.Sedativa / Hipnotika
Di dunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagai obat/penenang yang mengandung zat aktif nitrazepam atau barbiturat atau senyawa lain yang khasiatnya serupa. Golongan ini termasuk psikotfopika golongan IV.
C. Peralatan yang Dipakai untuk Narkoba
Ada beberapa peralatan yang dipakai oleh junkies (pemakai narkoba) antara lain: Alumunium foil yang sudah dipotong-potong, biasanya digunakan untuk membakar shabu-shabu,kartu telepon bekas biasanya digunakan untuk menghaluskan bubuk putaw, bungkus kaset/VCD yang tergores-gores biasanya dipakai sebagai tatakan putaw yang akan dihaluskan dengan kartu telepon, lintingan uang kertas biasanya digunakan untuk menghisap asap putaw yang sudah terbakar, botol plastik yang diberi sedotan, digunakan untuk menghisap shabu-shabu. Biasanya di dalam botol terse but diisi air mineral. Shabu-shabu dibakar di atas alumunium foillalu asapnya dihisap dengan perantara botol plastik, tali dipakai untuk mengikat lengan pemakai untuk membakar putaw lalu dihisap asapnya, kertas timah/pembungkus permen karet digunakan untuk membakar putaw untuk dihisap asapnya, sendok kedl dipakai untuk merebus/ mencairkan putaw untuk disuntikkan ke pembuluh darah dan alkohol dipakai untuk membersihkan alat suntik atau bahan bakar “kompor” untuk menggunakan shabu-shabu.
D. Tanda-tanda Seseorang Menjadi Pemakai Narkoba
Ada beberapa tanda yang akan memberi petunjuk bahwa seseorang telah terlibat pemakaian narkoba. Tanda-tanda tersebut sebagai berikut.
1 Pembangkangan terhadap disiplin yang tiba-tiba terjadi di rumah maupun di sekolah, seperti sering bolos sekolah, sering terlambat masuk sekolah dengan alasan terlambat bangun, sering terlambat masuk kelas setelah istirahat, sering mengantuk dan tertidur di sekolah, sering lupa jadwal ulangan, lupa membawa buku pelajaran, dan prestasi di sekolah menurun.
2 Ada kesulitan konsentrasi dan penurunan daya ingat. Kurang memerhatikan penampilan dan kerapihan padahal sebelumnya tidak demikian. Kedapatan berbicara cadel atau gugup (sebelumnya gejala ini tidak pernah muncul).
3 Ada perubahan pola tidur (pagi hari sulit dibangunkan dan malam hari sering mengeluh sulit tidur).
4 Sering kedapatan mata merah dan hidung berair (walaupun tidak sedang influenza).
5 Sering tidak membayarkan uang sekolah (dilaporkan hilang).
6 Di rumah sering kehilangan barang-barang berharga.
7 Perubahan tingkah laku yang tiba-tiba belakangan ini terhadap kegiatan sekolah, keluarga dan teman-teman menjadi kasar, tidak sopan dan penuh rahasia serta jadi mudah curiga terhadap orang lain.
8 Marah yang tidak terkontrol yang tidak biasanya dan perubahan suasana hati yang tiba-tiba.
9 Meminjam atau mencuri uang dari rumah, sekolah atau toko (guna membiayai kebiasaannya).
10 Mengenakan kaca mata gelap pada saat yang tidak tepat untuk menyembunyikan mata bengkak dan merah.
11 Bersembunyi di kamar mandi at au tempat-tempat yang janggal seperti gudang, di bawah tangga dalam waktu lama dan berkali-kali.
12 Lebih banyak menyendiri dari biasanya, sering bengong dan berhalusinasi.
13 Menjadi manipulatif dan sering kehabisan uang jajan.
14 Berat badannya turun karena nafsu makan yang tidak menentu.
15 Cara berpakaian yang menjadi sembarangan dan tiba-tiba menjadi penggemar baju panjang untuk menyembunyikan bekas suntikan di tangan.
16 Sering didatangi oleh orang-orang yang belum dikenal keluarga atau teman-temannya.
E. Gejala Ketagihan Narkoba
Ada beberapa gejala, seseorang yang ketagihan (adiksi) terhadap narkoba. Gejala-gejala itu seperti: tulang sekujur badan terasa sakit dan linu, otot terasa kaku, kepala seperti hendak pecah, tenggorokan berisi cairan kental, mata berair, hidung berlendir seperti kena flu, terus-menerus batuk, sering menguap padahal tidak mengantuk, bulu kuduknya berdiri, tekanan darah tinggi, suhu tubuh jauh di at as normal, perut terasa melilit, mencret-mencret tidak terkendali, menggigil kedinginan, tidak berani menyentuh air dan menyembunyikan diri dari lingkungan keluarga.
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, maka orang yang sering memakai atau menggunakan narkoba akan berakibat dependensi (ketergantungan), yaitu keinginan yang tak tertahankan, kecenderungan untuk menambah takaran menimbulkan gejala kejiwaan dan gejala fisik.
F. Faktor Penyebab Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba
1. Faktor Keluarga
Dalam percakapan sehari-hari, keluarga paling sering menjadi “tertuduh” timbulnya penyalahgunaan narkoba pada anaknya. terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan narkoba yaitu :
1) Keluarga yang memiliki manajemen sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua – dengan alasan soan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan kesetujuannya. Orang tua menentukan standar mutlak yang harus dipenuhi anaknya. Orang tua tidak mengenal kompromi untuk anaknya. Komunikasi bersifat searah, dari orang tua ke anak. Anak adalah objek yang harus dibentuk oleh orang tua yang merasa lebih tahu kemana yang terbaik unyuk anak-anaknya.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
2. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahguna narkoba juga turut berperan dalam perilaku ini. Pada remaja, biasanya penyalahguna narkoba memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi juga turut mempengaruhi.
1) Rendah diri : perasaan rendah diri di dalam pergaulan di masyarakat ataupun di lingkungan sekolah, kerja dsb, individu mengatasi masalah tersebut dengan cara menyalahgunakan narkotik, psykotropika maupun minuman keras yang dilakukan untuk menutupi kekurangan tersebut sehingga individu memperoleh apa yang diinginkan seperti lebih aktif dan berani.
2) Emosional dan mental : Pada masa remaja biasanya individu ingin lepas dari segala aturan-aturan orang tua mereka. Dan akhirnya sebagai tempat pelarian yaitu dengan menggunakan narkotik, psikotropika dan minuman keras lainnya. Lemahnya mental seseorang akan lebih mudah dipengaruhi oleh perbuatan-perbuatan negatif yang akhirnya menjurus ke arah penggunaan narkotik, psikotropika dan minuman keras lainnya.
3.Faktor kelompok teman sebaya (peer group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berprilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih populer, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, sosial dan akademik, dapat menyebabkan frustasi dan mencari kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan narkoba dapat muncul.
4.Faktor kesempatan
Menurut Dr. Luthfi Baraja, terdapat tiga pendekatan untuk terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba yaitu pendekatan organobiologik, psikodinamik dan psikososial. Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
1 Dari sudut pandang organobiologik (susunan syaraf pusat/ otak) mekanisme terjadinya adiksi (ketagihan) hingga dependensi (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah, yaitu gangguan mental organik at au sindrom otak organik; seperti gaduh, gelisah dan kekacauan dalam fungsi kongnitif (alam pikiran), efektif (alam perasaan/ emosi) dan psikomotor (perilaku), yang disebabkan efek langsung terhadap susunan syaraf pusat (otak).
Seseorang akan menjadi ketergantungan narkoba, apabila seseorang dengan terus-menerus diberikan zat tersebut. Hal ini berkaitan dengan teori adaptasi sekuler (neuro-adaptation), tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah teseptor dan sel-sel syaraf bekerja keras. Jika zat dihentikan, sel yang masih bekerja keras tadi mengalami kehausan, yang dari luar tampak sebagai gejala-gejala putus obat. Gejala putus obat tersebut memaksa orang untuk mengulangi pemakaian zat tersebut.
2 Dengan teori psikodinamik dinyatakan bahwa seseorang akan terlibat penyalahgunaan narkoba sampai ketergantungan, apabila pada orang itu terdapat faktor penyebab (factor contribusi) dan faktor pencetus yang saling keterkaitan satu dengan yang lain.
3 Faktor predisposisi seseorang dengan gangguan kepribadian (anti sosial) ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap orang lain. Selain itu yang bersangkutan tidak mampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif dalam pergaulan di rumah, di sekolah atau di tempat kerja, gangguan lain sebagai penyerta berupa rasa cemas dan depresi. Untuk mengatasi ketidakmampuan dan menghilangkan kecemasan atau depresinya, maka orang cenderung untuk menggunakan narkoba. Semestinya orang itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokter/psikiater untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah keterlibatannya dalam penggunaan narkoba.
4 Faktor kontribusi; seseorang dengan kondisi keluarga yang tidak baik akan merasa tertekan, dan rasa tertekan inilah sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Disfungsi keluarga yang dimaksud antara lain: keluarga yang tidak utuh, kedua orang tua terlalu sibuk, lingkungan interpersonal dengan orang tua yang tidak baik.
5 Faktor pencetus; bahwa pengaruh ternan sebaya, tersedia dan mudah didapatinya narkoba mempunyai andil sebagai faktor pencetus seseorang terlibat penyalahgunaan/ketergantungan narkoba.
Secara umum mereka yang menyalahgunakan NAZA (narkoba) dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:
1) ketergantungan primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil;
2) ketergantungan simtomatis, yaitu penyalahgunaan NAZA (narkoba) sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang yang dengan kepribadian psikopatik (antisosial), kriminal dan pemakaian NAZA (narkoba) untuk kesenangan semata;
3) ketergantungan reaktif, yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan ternan kelompok sebaya (peer group pressure).
Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab seseorang menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan narkoba. Menurut Sudarsono, bahwa penyalahgunaan narkoba dilatarbelakangi oleh beberapa sebab, yaitu:
a. untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakantindakan yang berbahaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita;
b. menunjukkan tindakan menentang orang tua, guru dan norma sosial;
c. mempermudah penyaluran dan perbuatan seks;
d. melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional;
e. mencari dan menemukan arti hidup;
f. mengisi kekosongan dan kesepian hidup;
g. menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepet hidup;
h. mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas.
i. iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu.
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari, bahwa di antara faktor-faktor yang berperan dalam penggunaan narkoba adalah :
a) faktor kepribadian anti sosial atau psikopatik;
b) kondisi kejiwaan yang mudah merasa keeewa atau depresi;
c) kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan orang tua dan anak;
d) kelompok ternan sebaya.
e) dan NAZA (narkoba) nya itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya pasaran baik resmi maupun tidak resmi.
Menurut pendapat Sumarno Ma'sum, bahwa faktor terjadinya penyalahgunaan NAZA (narkoba) secara garis besar dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu :
1) obat kemudahan didapatinya obat secara sah atau tidak, status hukumnya yang masih lemah dan obatnya mudah menimbulkan ketergantungan dan adiksi;
2) kepribadian meliputi perkembangan fisik dan mental yang labil, kegagalan cita-cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain-lain, menutup diri dengan lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat keras, bertualang dengan sensasi yang penuh risiko dalam mencari identitas kepribadian, kurangnya rasa disiplin, kepercayaan agamanya minim;
3) lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau, masyarakat yang kacau, tidak adanya tanggung jawab orang tua dan petunjuk serta pengarahan yang mulia, pengangguran, orang tuanya juga kecanduan obat, penindakan hukum yang masih lemah, berbagai bantuan dan kesulitan zaman
Ada beberapa tahapan proses ketergantungan narkoba. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahapan Eksperimen (The Experimental Stage) Motif utama dari pemakaian eksperimen adalah rasa ingin tahu dan keinginan untuk mengambil risiko, yang keduanya merupakan ciri-ciri khas kebutuhan remaja.
2) Tahap Sosial (The Social Stage) Konteks pemakaian pada tahap ihi berkaitan dengan aspek sosial dan pengguna. Misalnya, pemakaian yang dilakukan saat bersama teman-teman pada saat pesta atau kumpul-kumpul. Rasa ingin tahu dan keinginan meneari ketegangan (thrillseeking), dan tingkah laku menyimpang merupakan motivasi utamanya. Kelompok teman merupakan fasilitas dalam penggunaan sosial. Obat-obat yang ada dibagi tanpa memungut bayaran, atau secara gratis.
3) Tahap Instrumental (The Instrumental Stage) Pada tahap instrumental, melalui pengalaman coba-coba dan meniru, bahwa penggunaan dapat bertujuan memanipulasi emosi dan tingkah laku, mereka menemukan bahwa pemakaian obat dapat memengaruhi perasaan dan aksi, mendapatkan mood yang berayun-ayun, dan bertujuan untuk menekan perasaan atau tujuan memperoleh hedonistik (kenikmatan) dan kompensatori (mengatasi stres dan perasaan tidak nyaman).
4) Tahap Pembiasan Pada tahap ini, jika tidak ditemukan obat yang bisa digunakan, akan mencari obat lain, untuk menghindari gejala putus obat atau zat. Pada tahap ini mereka lebih sensitif, lekas marah, gelisah dan depresi. Mereka akan merasa kesulitan berkonsentrasi, duduk dengan tenang atau tidur dengan nyenyak. Mereka akan memakai obat dengan dosis yang bertambah, atau mencoba obat lain untuk menggantikan ketidaknyamanannya.
G. Akibat Penyalahgunaan narkoba dan Dampaknya Terhadap Mental dan Perilaku
Akibat dari penyalahgunaan narkoba (dalam BNK Samarina 2007):
1) Merusak sususan syaraf pusat atau merusak organ-organ tubuh lainnya, seperti hati dan ginjal, serta penyakit dalam tubuh seperti bintik-bintik merah pada kulit seperti kudis, hal ini berakibat melemahnya fisik, daya pikir dan merosotnya moral yang cenderung melakukan perbuatan penyimpangan sosial dalam masyarakat.
2) Dalam memenuhi kebutuhan penggunaan narkotik, mereka dengan menghalalkan segala cara untuk memperoleh narkotik. Yang awalnya menjual barang-barang hingga melakukan tindakan pidana.
Sedangkan menurut Hasibuan, 2007 dampak negatif penggunaan narkoba adalah:
1 Bahaya yang bersifat pribadi
a. Narkoba akan merubah kepribadian si korban secara drastis, seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, melawan, dan durhaka.
b. Menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya seperti tidak lagi memperhatikan pakaian, tempat tidur dan sebagainya, hilangnya ingatan, dada nyeri dan dikejar rasa takut.
c. Semangat belajar menurun dan suatu ketika bisa saja si korban bersifat seperti orang gila karena reaksi dari penggunaan narkoba.
d. Tidak lagi ragu untuk mengadakan hubungan seks karena pandangnya terhadap norma-norma masyarakat, adat kebudayaan, serta nilai-nilai agama sangat longgar. Dorongan seksnya menjadi brutal, maka terjadilah kasus-kasus perkosaan.
e. Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat ketergantungan terhadap obat bius, ingin mati bunuh diri.
f. Menjadi pemalas bahkan hidup santai.
g. Bagi anak-anak sekolah, prestasi belajarnya akan menurun karena banyak berkhayal dan berangan-angan sehingga merusak kesehatan dan mental.
h. Memicu timbulnya pemerkosaan dan seks bebas yang akhirnya terjebak dalam perzinahan dan selanjutnya mengalami penyakit HIV/AIDS.
2 Bahaya yang bersifat keluarga
a. Tidak lagi segan untuk mencuri uang dan bahkan menjual barang-barang di rumah untuk mendapatkan uang secara cepat.
b. Tidak lagi menjaga sopan santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua.
c. Kurang menghargai harta milik yang ada seperti mengendarai kendaraan tanpa perhitungan rusak atau menjadi hancur sama sekali.
d. Mencemarkan nama keluarga
3 Bahaya yang bersifat sosial
a. Berbuat yang tidak senonoh ( mesum/cabul ) secara bebas, berakibat buruk dan mendapat hukuman masyarakat.
b. Mencuri milik orang lain demi memperoleh uang.
c. Menganggu ketertiban umum, seperti ngebut dijalanan dan lain-lain.
d. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum antara lain karena kurangnya rasa sosial manakala berbuat kesalahan.
e. Timbulnya keresahan masyarakat karena gangguan keamanan dan penyakit kelamin lain yang ditimbulkan oleh hubungan seks bebas.
4 Bahaya bagi bangsa dan negara
a. Rusaknya pewaris bangsa yang seyogyanya siap untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa.
b. Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa yang pada gilirannya mudah untuk dikuasai oleh bangsa asing.
c. Penyelundupan akan meningkat padahal penyulundupan dalam bentuk apapun adalah merugikan negara.
d. Pada akhirnya bangsa dan negara kehilangan identitas yang disebabkan karena perubahan nilai budaya.
e. Mereka yang mengonsumsi narkoba akan mengalami gangguan mental dan perilaku, sebagai akibat terganggunya sistem neurotransmier pada sel-sel susunan syaraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neurotransmier tadi mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ganja
Mereka yang mengonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan-perubahan mental dan perilaku sebagai berikut:
1) Gejala Psikologis
a. Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.
b. Halusinasi dan delusi .Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya sumber stimulus (rangsangan) yang menimbulkannya. Sedangkan delusi adalah suatu keyakinan yang tidak rasional; walaupun telah diberikan bukti bahwa pikiran itu tidak rasional, namun yang bersangkutan tetap meyakininya.
c. Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit dapat dirasakan 1 jam.
d. Bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak peduli terhadap tugas atau fungsinya sebagai makhluk sosial (apatis).
e. Pikiran dan perasaan akan selalu rindu saja kepada ganja, sehingga ia akan selalu membicarakan dan berusaha untuk mengobati rasa rindunya itu.
f. Memengaruhi perkembangan kepribadian. Daya tahan menghadapi problema kehidupan jadi lemah, malas, apatis, tidak peduli, kehilangan keinginan untuk belajar dan sebagainya.
2) Gejala Fisik
a. Mata Merah, Jantung berdebar, nafsu makan bertambah, mulut kering, perilaku maladaptive (sukar beradaptasi).
b. Iritasi/gangguan pada saluran pernapasan
c. Bila terkena radang, dapat terjadi bronchitis dan sebagainya.
d. Timbulnya ataxia, yaitu hilangnya koordinasi kerja otot dengan syaraf sentral.
e. Hilangnya atau kurangnya kedipan mata.
f. Gerak reflek tertentu.
g. Menyebabkan kadar gula darah naik turun.
h. Mata menyala.
Opiat (Morphine, Heroin, Putaw)
Mereka yang mengonsumsi opiat, baik yang dibakar atau disuntikkan setelah bubuk opiat dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal sebagai berikut.
a. Melebar atau mengecilnya pupil mata pada keadaan tidak semestinya. Pada keadaan normal pupil mata mengecil pada sorotan cahaya dan melebar pada keadaan yang sebaliknya.
b. Euforia (gembira berlebihan atau disforia (cenderung merasa bersedih dan lesu tak berdaya).
c. Apatis.
d. Retradasi psikomotorik; merasa kelesuan dan kehilangan tenaga (sehingga terkesan malas)
e. Mengantuk/tidur; biasanya yang bersangkutan cenderung mengantukdan tidur yang berkepanjangan.
f. Pembicaraan cadel
g. Gangguan konsentrasi; kalau diajak bicara tidak nyambung.
h. Daya ingat menurun; sering kali nasihat yang diberikan dilanggar karena sesungguhnya dia tidak ingat apa yang telah disampaikan.
i. Tingkah laku maladaptive; yang bersangkutan sering berperilaku yang menunjukkan rasa kecurigaan, sehingga selalu berada dalam keadaan waspada, tidak jarang selalu membawa senjata.
Mereka yang sudah ketergantungan narkoba jenis opiat ini bila pemakaiannya dihentikan akan timbul gejala putus opiat, yang dalam istilah sehari-hari disebut "sakaw" (yang berasal dari kata sakit), dan sangat menyiksa yang bersangkutan. Sindrom putus opiat merupakan gejala yang tidak mengenakan, baik psikis maupun fisik; semisal air mata berlebihan, pupil mata melebar, keringat berlebihan, suhu badan meninggi, mual, muntah, tekanan darah naik, jantung berdebar-debar, sukar tidur, nyeri otot, sakit kepala, nyeri persendian, mudah marah bahkan sampai agresif, kejangkejang, kram di perut disertai sawan (rasa mau pingsan), menggigil disertai muntah-muntah, keluar ingus, hilang nafsu makan, dan kehilangan cairan tubuh.
Kokain
Mereka yang mengonsumsi kokain dengan cara dihirup (bubuk kokain disedot/dihirup melalui hidung) akan mengalami gangguan mental dan perilaku sebagai berikut.
a. Agitasi psikomotorik: yang bersangkutan menunjukkan kegelisahan dan tidak tenang.
b. Rasa gembira yang berlebihan
c. Rasa harga diri yang meningkat; yang bersangkutan merasa dirinya hebat (superior) sehingga ia merasa meremehkan masalah yang dihadapinya.
d. Banyak bicara.
e. Kewaspadaan meningkat, yang bersangkutan merasa diriya tidak aman dan terancam. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi perkelahian massa tanpa sebab yang jelas.
f. Jantung berdebar-debar.
g. Pupil mata melebar
h. Tekanan darah naik
i. Mual muntah
j. Perilaku maladaptive
Mereka yang sudah ketagihan dan ketergantungan bila dihentikan akan timbul sindroma putus kokain dengan gejala; depresi (murung, sedih, dan sukar merasa senang), rasa lelah, lesu, gangguan tidur, gangguan mimpi yang bertambah. Sindroma putus kokain sangat menyiksa sehingga yang bersangkutan akan berusaha untuk menggunakan dengan berbagai cara, dan takaran semakin bertambah dan pemakaian semakin sering.
Amphetamine (ekstasi, shabu -shabu)
Mereka yang mengonsumsi amphetamine (psikotropika golongan I), misalnya pil ekstasi (ditelan) atau shabu-shabu (dihirup dengan alat yang disebut bong) menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut.
a) Gejala psikologis; tingkah laku yang kasar dan aneh seperti: rasa gembira yang berlebihan, harga diri yang meningkat, banyak bicara, kewaspadaan meningkat, halusinasi penglihatan, gangguan delusi, tingkah laku maladaptif.
b) Gejala fisik; jantung berdebar, pupil mata melebar, tekanan darah naik, keringat berlebihan, mual, muntah. Efek yang ditimbulkan oleh pengguna ekstasi adalah: diare, rasa haus yang berlebihan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing, menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan sering mual disertai muntah-muntah dan hilangnya nafsu makan. Efek yang ditimbulkan oleh pengguna shabu-shabu adalah: penurunan berat badan, impontensi, sawan yang parah, halusinasi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, stroke, dan bahkan kematian.
Sindrom putus amphetamine atau gejala ketagihan sebagai berikut: murung, sedih, tidak dapat merasakan senang atau keinginan bunuh diri, rasa lelah, lesu, mimpi-mimpi bertambah.
Kematian sering kali terjadi karena overdosis yang disebabkan karena rangsangan susunan saraf otak yang berlebihan sehingga menyebabkan kejang dan kehilangan kesadaran (koma) dan akhirnya meninggal.
Sedativa/Hipnotika
Di dunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagai obat tidur/penenang, yang mengandung zat aktif nitra zepam atau barbiturat atau senyawa lain yang khasiatnya serupa. Golongan ini termasuk kelompok psikotropika golongan IV. Penyalahgunaaan zat tersebut dapat menimbulkan gangguan mental dan perilaku dengan gejala sebagai berikut. :
a) Gejala psikologik; emosi labil, hilangnya dorongan seksual normal lebih sering agresif, mudah tersinggung, banyak bicara.
b) Gejala neorologik (saraf); pembicaraan cadel, gangguan koordinasi, cara jalan yang tidak mantap, gangguan perhatian dan daya ingat.
c) Efek perilaku maladative; hilangnya nilai realitas, perkelahian, dan halangan dalam fungsi sosial.
Bagi mereka yang sudah ketagihan jenis sedativa/hipnotika ini, bila pemakaiannya dihentikan akan menimbulkan gejala sebagai berikut; mual, muntah, kelelahan umum, berdebar, murung, sedih, tekanan darah rendah bila orang tersebut berdiri (hipotensi ortostatik) dan tremor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar